Pengalaman menarik di Pulau Bali bersama Panorama JTB Tours




Saya yakin semua orang, termasuk saya, suka bepergian karena walaupun hanya beberapa hari saja, kegiatan itu dapat membuat kita melupakan kebosanan baik dalam belajar atau bekerja maupun dalam melakukan aktifitas sehari-hari lainnya. Selain itu, bepergian juga bisa membuat kita menambah pengetahuan dan wawasan, terutama dalam bidang seni, kebudayaan dan adat istiadat.

Salah satu acara bepergian yang saya pernah lakukan adalah mengunjungi Bali melalui Panorama JTB Tours, dari tanggal 3 sampai tanggal 7 September, 2015. Dari Jakarta, saya, ibu saya dan 4 orang turis lokal lainnya dipandu oleh mbak Jessica dan di Bali, pemandu wisatanya bertambah satu orang lagi, yaitu: koko Wendy. Jadi, selama di Bali, kami selalu ditemani oleh dua orang pemandu wisata yang sangat ramah dan sabar, yaitu: mbak Jessica dan koko Wendy. Mereka adalah para pemandu wisata yang sangat profesional karena mereka memandu kami dengan sangat menyenangkan dan memuaskan. Mereka menjelaskan setiap tempat yang kami kunjungi dengan terperinci. Mereka juga tidak segan-segan menawarkan bantuan kepada kami apabila kami memerlukannya. Contohnya: ketika ibu saya tiba-tiba terkena diare, mbak Jessica tampak begitu khawatir dan memberinya obat. Setelah itu, mbak Jessica terus menrus menanyakan kepadanya apakah ibu saya sudah sembuh atau belum. Profesionalisme mereka juga didukung oleh jadwal perjalanan (itinerary) yang telah disusun dengan baik oleh Panorama Tour.

Kalau tidak salah, kami berangkat dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta dengan Lion Air pada jam 11.00 pagi dan tiba di Bali sekitar jam 13.00 siang. Di bandara Ngurah Rai, kami disambut dengan sebuah kejutan manis, yaitu: pengalungan bunga. Dua orang gadis cantik dengan lemah gemulai mengalungkan rangkaian bunga cempaka di leher kami. Hal seperti ini tidak pernah kami alami sebelumnya. Jadi, kami merasa begitu terkesan sekali. Kami diperlakukan seolah-olah kami ini tamu agung yang ingin melakukan kegiatan penting di Bali. Padahal, apalah kami ini? Kami hanya turis lokal pas-pasan yang baru pertamakali mengunjungi Bali. Semua mata memandang ke arah kami. Mungkin, di dalam hatinya, mereka berpikir siapakah kami ini.

                            Ketika kami baru sampai di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali


Di bandara Ngurah Rai, mbak Jessica dan koko Wendy dengan seorang sopir yang juga profesional mengantar kami untuk makan siang di restoran Bu desa. Suasana desa dan makanan tradisional yang dihidangkan di restoran itu membuat kami bisa melupakan rasa lelah dan lapar serta menimbulkan rasa tidak sabar untuk segera mengeksplor Bali. Di sore hari, kami diantar ke Ulu watu. Disana, selain melihat sunset yang sangat memukau, kami juga disuguhi tarian kecak yang sangat dinamis. Kami begitu terpesona melihatnya. Keindahan sunset, kedinamisan gamelan Bali dan gerakan-gerakan ritmik para penari kecak bersatu-padu melahirkan suasana alami yang benar-benar sukar untuk dijabarkan. Sungguh luar biasa indahnya!. Diantara kesemuanya itu, kami melihat beberapa perahu nelayan yang tampak nun jauh di tengah laut. Perahu-perahu tersebut tampak berayun-ayun kesana kemari dengan asyiknya, dibuai oleh ombak yang sangat tenang. Hari pertama kunjungan kami ditutup dengan makan malam di Jimbaran. Makanan laut yang dihidangkan dan lokasinya yang tepat berada di pinggir pantai kembali memanjakan kami. Kami belum pernah merasakan suasana eksotis semacam itu sebelumnya. Gamelan tradisional Bali pun tidak henti-hentinya mengalun merdu. Memberi nuansa khas seakan-akan ingin mengingatkan seluruh pengunjung bahwa kita semua sedang berada di pulau Dewata.


                                                  Didepan Rumah Makan Budesa

                                     Menonton Tari Kecak di Uluwatu ketika Sunset

                                 Menu makan malam di pinggir pantai Jimbaran

Di Bali, ada banyak obyek wisata yang masing-masing memiliki pesonanya tersendiri. Pada hari kedua, kami mengunjungi beberapa diantaranya, yaitu: Taman Ayun, Water Blow, Padang-padang dan Safari Marine Park. Tentunya, disela-sela kunjungan kami itu, kami beristirahat sejenak sambil makan pagi, siang dan malam di beberapa restoran yang khas, seperti: di restoran bebek goreng mang Engking. Semua obyek wisata yang kami kunjungi itu sangat menarik. Diantara kesemuanya itu, obyek wisata favorit saya adalah Safari Marine Park. Kami berkeliling kawasan Marine Safari Park dengan kereta api mini. Kami merasa seolah-olah kami ini sedang berkelana di sebuah hutan yang penuh dengan berbagai tetumbuhan hijau yang rimbun, lengkap dengan binatang liar dan buasnya. Disana, kami bisa melihat tingkah laku binatang-binatang tersebut dengan sepuas-puasnya. Selain oleh mbak Jessica dan koko Wendy, kami juga dipandu oleh pemandu wisata dari Safari Marine Park, diisi dengan acara menonton drama sejarah Bali di sebuah gedung teater agung Bali Safari Marine Park. Drama tersebut begitu mengagumkan karena benar-benar melibatkan berbagai binatang buas sesungguhnya, seperti gajah dan harimau. Setelah menonton drama itu, kami bisa membayangkan bagaimana Bali 'dilahirkan' dan siapa leluhur orang-orang Bali itu berdasarkan kepada kepercayaan mereka.


                                  

                                                      Bali Safari Marine Park

                     Bersama mbak Jessica (Paling Kanan) di Lobby Hotel Mercure Legian

                                        Pantai Padang- Padang pada siang hari

Hari ketiga kami mengunjungi GWK dan pusat souvenir Bali, Krishna. Seperti biasanya, mbak Jessica dan koko Wendy dengan penuh semangat memandu kami. Sayangnya, kami tidak bisa memasuki GWK sampai kedalam karena pada waktu itu, kunjungan kami bersamaan dengan acara pertunjukan langsung Ahmad Dani. Jadi, GWK ditutup untuk umum. Namun demikian, kekecewaan kami terobati dengan acara makan siang di restoran Jendela Bali yang menunya begitu familiar dengan lidah lokal kami. Lalu, kami berbelanja di pusat-pusat Souvenir Bali, Krishna dan Jogger. Disana, kami membeli berbagai macam souvenir khas Bali, mulai dari gantungan kunci sampai dengan ukir-ukiran. Harganya dapat dikatakan tidak terlalu mahal, berbeda dengan pusat-pusat souvenir di kota-kota lain yang biasanya menerapkan ilmu aji mumpung. Mereka menjual barang-barang dagangannya kepada turis, baik turis lokal maupun turis mancanegara, yang berbenja di tokonya dengan harga tinggi. Ketika kami mengunjungi Krishna dan Jogger, hari begitu panas. Mbak Jessica memberi kami sebuah kejutan manis lagi, yaitu: memberi kami es krim. Jempol dua untuk mbak Jessica. 


                              Makan Siang di Jendela Bali - Garuda Wisnu Kencana

                                         Berbelanja Souvenir khas Bali di Krishna  


                                               Barang belanjaan kami di Bali

Tibalah pada hari keempat. Di hari keempat itu, kami harus 'terbang' kembali ke Jakarta, kota yang sudah menunggu kami dengan berbagai kegiatan sehari-hari kami yang sangat melelahkan dan penuh dengan kompetisi, tetapi mbak Jessica dan koko Wendy seperti merasakan rasa keberatan kami untuk pulang. Mereka tidak menginginkan kami mengakhiri kunjungan ke Bali ini dengan bersedih hati. Mereka membawa kami ke 3D Trick Eye. Disana, kami bisa berfoto sepuas hati dengan hasil-hasil fotonya yang lain daripada biasanya, yaitu: penuh dengan trik, seperti: kami tampak seperti sedang menjadi pawang gajah, memberi makan gorila, berjalan di sebuah tangga menuju langit dan semacamnya. Acara berfoto yang seru itu tentunya cukup melelahkan bagi kami. Rasa lelah itupun hilang begitu saja setelah kami diantar untuk spa di Helo Spa Bali. Kunjungan ke Bali terasa sempurna dan sesuai dengan harapan kami. Julukan Bali sebagai pulau Dewata memang sangat cocok untuk Bali. Segala sesuatu yang ada di Bali sungguh unik, artistik dan spesifik.


                                      Lobby Halo Bali Spa Esthetic bersama Ibuku

                        Mobil ELF Panorama JTB Tours yang menemani kami selama di Bali

Malam harinya, kami harus berpisah untuk kembali ke rutinitasnya masing-masing dengan rasa sedih karena keesokan harinya, kami tidak akan bersama-sama dengan mbak Jessica dan koko Wendy lagi, tetapi juga bahagia karena kunjungan kami ke Bali begitu berkwalitas berkat panduan dari kedua pemandu wisata profesional dari Panorama JTB Tours. Terimakasih Panorama JTB Tours. Semoga di lain kesempatan, kami bisa bepergian melalui Panorama JTB Tours lagi. Kami juga memberitahu teman-teman, sanak saudara dan tetangga kami untuk menggunakan jasa Panorama Tour apabila mereka ingin mengunjungi Bali. Terimakasih juga untuk mbak Jessica dan koko Wendy yang sudah berlelah-lelah memandu kami dengan sebaik mungkin.

Comments

Popular posts from this blog

Congratulations

KUIS #INCREDIBLEVALENTINE - MERCURE JAKARTA SIMATUPANG